Entri Populer

Senin, 29 September 2014

kesetiaan



KESETIAAN
Ulangan 28:13-14
(13) TUHAN akan mengangkat engkau menjadi kepala dan bukan menjadi ekor, engkau akan tetap naik dan bukan turun, apabila engkau mendengarkan perintah TUHAN, Allahmu, yang kusampaikan pada hari ini kaulakukan dengan setia,
(14) dan apabila engkau tidak menyimpang ke kanan atau ke kiri dari segala perintah yang kuberikan kepadamu pada hari ini, dengan mengikuti allah lain dan beribadah kepadanya."

Alkitab berjanji bahwa hidup kita hari esok akan lebih baik dari hari ini karena kita akan tetap naik dan bukan menjadi ekor. Syaratnya adalah kita harus hidup setia.

Ulangan 32:20
Ia berfirman: Aku hendak menyembunyikan wajah-Ku terhadap mereka, dan melihat bagaimana kesudahan mereka, sebab mereka itu suatu angkatan yang bengkok, anak-anak yang tidak mempunyai kesetiaan.

Kata “hendak” bukan “I shall” (Aku akan) tapi “I will” (Aku pasti). “Bengkok” adalah hati yang licik. Sinar wajah Tuhan melambangkan anugerah. Ketika pulang gereja, kita diberkati dengan kata-kata: “biarlah Tuhan menyinari engkau dengan wajahNya.”

Sinar melambangkan the favor of God atau anugerah penyertaan Tuhan. Jika ingin hidup susah, mudah saja. Tuhan berjanji atau bersumpah akan mengambil anugerahNya dari hidup kita hanya karena kita tidak setia.
Ingin hidup susah? Mudah! Jangan setia dengan pacar, orang tua, pernikahan, pekerjaan, gereja, Tuhan, dan negara. Jika hati tidak lurus dan tidak jujur, Alkitab berkata Tuhan akan mengangkat anugerahNya dalam hidup kita.

Ada dua bahasa asli di Alkitab yang menggambarkan kata “kesetiaan”.

Perjanjian Lama menggunakan kata “emunah” yang secara tersurat (harafiah) artinya adalah “kokoh”. Secara figuratif atau kiasan berarti “aman” atau dalam konteks karakter dan moral adalah “loyal” atau “setia” atau “faithfull” (penuh iman). Tidak mungkin kita bisa kokoh dan setia jika tak penuh dengan pengharapan dan iman.

Tuhan menggambarkan dirinya sebagai Tuhan yang kokoh, tidak bergerak, tidak berubah. Dari Alfa sampai Omega, Dia tidak berubah. Tuhan konsisten dan sama. Dalam terjemahan bahasa Inggris lainnya, kesetiaan adalah “steady”, “trully”, “truth”, “fairly”. Kosakata bahasa Indonesia terbatas untuk dapat menggambarkan hal ini.

Seperti inilah kesetiaan Tuhan: kesetiaanNya sampai ke awan. Tuhan menggambarkan dirinya sebagai sosok yang tidak berubah, tidak tergoyahkan, dan tidak tergoncangkan apapun yang terjadi.

Dalam Perjanjian Baru, kata “kesetiaan” memiliki makna yang berbeda. Kata yang dipakai adalah “pistos” atau “trustworthy” (layak dipercaya). Arti lainnya adalah “believe”, “faithfull”, “sure”, “true”. Oleh sebab itu, dalam Perjanjian Baru selalu dikatakan kalau kita “pistos” (setia) dalam hal kecil, maka kita akan dipercaya dalam hal besar.
Jika ingin menuai buah kepercayaan dari siapapun, kita harus menabur benih kesetiaan. Kita tidak akan mendapat kepercayaan tanpa menabur benih kesetiaan. Isteri tidak dapat berkata, “gimana sih pak! Percaya dong!” Jika suami belum percaya artinya kita belum benar-benar menabur benih kesetiaan. Mungkin selama ini kita tak cukup “emunah” atau stabil dan kokoh (terus menerus berubah).


Jika ingin dipercaya, seorang politisi tak bisa hanya mengumbar janji karena janji tidak dapat dipercaya. Janji yang kemudian ditepati-lah yang akan membuatnya dipercaya. Demikian pula orang tua. Sering saya temukan orang tua kesulitan berkomunikasi dengan anaknya karena sang anak tak mempercayainya.

Mengapa anak tidak percaya pada orang tuanya meski orang tualah yang membiayainya kuliah, memberikan hadiah, dan sebagainya? Sederhana. Uang tidak dapat membeli kepercayaan atau loyalitas. Loyalitas tak dapat dibeli dengan uang. Itu sebabnya saya banyak menolong orang tua yang kesulitan berkomunikasi dengan anaknya.

Saya katakan, “om, tante, yang membuat om-tante dipercaya anak adalah pada saat om-tante stabil, kokoh, tidak berubah-ubah, bertanggung jawab ada di tempat sehingga anak om-tante dapat melihat orang tuanya setia. Salah satu ciri kesetiaan adalah bertanggung jawab. Tanggung jawab artinya apa yang menjadi tanggungannya dapat ia jawab, tak buang badan.

Orang yang setia selalu menepati apa yang dikatakannya. Ia tak berubah, sesederhana apapun. Ciri lain kesetiaan adalah selalu memberikan yang terbaik, dilihat maupun tidak dilihat. Itu sebabnya jika kita mengambil jabatan pemerintahan, seharusnya disumpah setia jabatan . Berikan yang terbaik. Jika tidak, ia akan kehilangan kredibilitasnya. Sangat sederhana.

Siapa yang ingin terus naik menjadi kepala dan bukan ekor: keluarga maju, pernikahan baik, karier melesat, dan seterusnya?  Kesetiaan adalah sesuatu sangat penting yang perlu kita tabur.

Ada seorang pengusaha yang dikhianati oleh orang kepercayaannya yang tahu di mana saja letaksupplier, modal, produksi, dan sebagainya. Orang tersebut mengkhianatinya dan memulai bisnis yang sama. Pertanyaan yang logis muncul: bagaimana caranya kita tahu sebelumnya bahwa dia adalah pegawai yang setia?

Banyak orang menikah berkata, “bagaimana caranya kita tahu dia setia dan kenyataannya tidak?” Pacaran pun sama: “cukup sudah!” Kita tahu bahwa kita perlu kesetiaan. Namun tak banyak yang mengenali kesetiaan. Ciri-ciri tersebut di antaranya adalah tanggung jawab, janji, dan kinerja.

Berikut ini adalah ciri-ciri penting lainnya yang akan membantu kita mengenali kesetiaan orang-orang yang ada di sekitar sehingga kita dapat terus naik dan bukan turun.  

Wahyu 19:11
Lalu aku melihat sorga terbuka: sesungguhnya, ada seekor kuda putih; dan Ia yang menungganginya bernama: "Yang Setia dan Yang Benar", Ia menghakimi dan berperang dengan adil.

Wahyu 19:11 (Amplified)
After that I saw heaven opened, and behold, a white horse [appeared]! The One Who was riding it is called Faithful (Trustworthy, Loyal, Incorruptible, Steady) and True, and He passes judgment and wages war in righteousness (holiness, justice, and uprightness).

Dalam ayat ini dikatakan Ia menyebut dirinya “faithful” and “true”. Saya bahkan bertanya pada diri sendiri: beranikah saya menyebut diri “faithful person” dan “true person”? Hanya kita dan Tuhan yang tahu. Kita tidak dapat membohongi diri sendiri. Semua yang baik yang Tuhan sediakan, Ia sembunyikan dalam karakter kesetiaan.

2 Tawarikh 16:9a
Karena mata TUHAN menjelajah seluruh bumi untuk melimpahkan kekuatan-Nya kepada mereka yang bersungguh hati terhadap Dia...



2 Tawarikh 16:9a (BIS)
TUHAN mengawasi seluruh bumi untuk memberikan kekuatan-Nya bagi orang-orang yang setia kepada-Nya.

Tuhan memberikan kepercayaan berharga yang Ia miliki pada orang yang setia padaNya. Yang Tuhan cari bukan orang pintar tapi orang yang setia. Kesetiaan harus ditunjukan dari hal kecil. Barangsiapa “pistos” atau setia dari hal kecil maka ia akan dipercayakan hal yang besar.

Jika kita dapat menyatakan diri sebagai orang yang jujur, tidak berpura-pura, tidak memakai topeng.What you see is what you get. Kita dapat dengan yakin berkata, “saya orang benar”. Kita tak menutupi sesuatu.
Ciri-ciri orang setia selain adalah tanggung jawab, janji, dan kinerja:

1.    Tidak Menyimpang Ke Kanan dan Kiri (Konsisten) 

Ulangan 5:32-33
(32) Maka lakukanlah semuanya itu dengan setia, seperti yang diperintahkan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu. Janganlah menyimpang ke kanan atau ke kiri.  
(33) Segenap jalan, yang diperintahkan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu, haruslah kamu jalani, supaya kamu hidup, dan baik keadaanmu serta lanjut umurmu di negeri yang akan kamu duduki.

Orang yang setia, jalan, karakter, pendirian, dan sikapnya tidak menyimpan ke kanan dan kiri. Inilah cara agar kita terus naik, terus menjadi kepala dan bukan ekor.

Ulangan 28:14
...dan apabila engkau tidak menyimpang ke kanan atau ke kiri dari segala perintah yang kuberikan kepadamu pada hari ini, dengan mengikuti allah lain dan beribadah kepadanya."

Dalam sejarah yang ditulis Ulangan, bangsa Israel ditinggal sebentar saja langsung membuat lembu untuk disembah (menyimpang ke kanan dan kiri). Definisi kesetiaan adalah kokoh. Bayangkan sebuah kursi tak kokoh. Saat diberi beban, kursi tersebut akan menyimpang ke kanan dan kiri dan akan mencelakakan orang yang duduk di atasnya.

Ada banyak orang beralasan dirinya “fleksibel” atau mudah menyesuaikan diri. Pertanyaannya, “benarkan kepribadian kita fleksibel atau justru karakter dan pendirian kita menyimpang ke kanan dan kiri?” Hanya kita yang dapat menjawabnya. Kokoh artinya tak menyimpang ke kanan dan kiri meski tekanan datang.

Saya belum pernah temukan ada Tuhan lain yang pernah berkata Ia cemburu. Hanya Tuhan yang berkata “janganlah engkau berubah setia”.

Latar belakang keluarga saya di Medan, beberapa masih ada yang beragama Buddha. Saya temukan mereka tak diwajibkan untuk berbakti hanya pada satu dewa saja. Mereka boleh memiliki beberapa dewa yang berbeda-beda. Tidak pernah dikatakan dewa yang satu cemburu dengan dewa yang lain.

Hanya Tuhan kita yang berkata Dia cemburuan. Hanya Yesus yang berkata, “Aku tidak mau dimadu”.

Orang yang setia adalah orang yang konsisten dalam kehidupannya, kokoh meski tekanan datang. Ia konsisten dalam pendirian, keputusan, dan sikapnya. Bagaimana cara kita menguji apakah seseorang konsisten? Saat berpacaran lihatlah apakah pacar kita adalah orang yang konsisten. Dalam merekrut tenaga kerja, misalnya, lihatlah resumenya. Lihat latar belakang pendidikannya.


Contoh ekstrim: dalam resume terlihat bahwa ia kuliah kedokteran lima semester, keluar lalu masuk sekolah masak lima semester, keluar kemudian masuk lagi kuliah seni rupa tujuh semester dan kini melamar di perusahaan kita di bidang marketing. Tidak ada konsistensi dan kita perlu bertanya.

Masalahnya bukan tak boleh berpindah tapi mengapa? Bisa saja ia sedang sekolah memasak dan kemudian mendengar tentang potensi diri bahwa ada gairah menjadi seorang penari balet dalam dirinya. Boleh-boleh saja. Tapi kita perlu tahu mengapa ia pindah.

Jika tak terbaca dalam jejak akademisnya, tanya saja hal lain seperti “kamu sudah punya pacar?” Bisa saja pacar pertamanya adalah orang Afrika, pacar kedua orang Eropa, pacar ketiga orang China. Pertanyaannya, “mengapa putus dengan si Afrika dan Eropa?” Jika jawabannya hanya karena bosan, ada inkonsistensi yang perlu ditelusuri lebih lanjut.

Oleh sebab itu jika kita pacaran dan sumber informasi hanya berasal dari seorang subjek saja, celakalah kita. Kita perlu informasi pihak ketiga, keempat, kelima, jika perlu membeli data. Masalahnya sering saya temukan anak muda yang pacaran sudah tak memakai kacamata kuda dan tak mau mendengar siapapun, termasuk orang tuanya.

Saya sering menjembatani salah pengertian antara orang tua dan anak. Ada waktunya orang tuangotot dan ada waktu anaknya ngotot. Isu sesungguhnya adalah mengetahui konsistensi orang tersebut. Demikian pula jika kita ingin mencari staf. Jika belum, berilah kepercayaan yang kecil dan lihat apakah ia konsisten dalam perkara-perkara tersebut. Hanya waktu yang berbicara.

Nabi pun tak dapat menemukan konsistensi dalam diri seseorang jika hanya pacaran tiga bulan. Jika datang dengan kepastian, saya akan selalu bertanya, “mengapa kamu pasti? Kamu yakin dia orangnya?” “Ya gimana sih kak, kan rasa... kayak kakak nggak pernah pacaran aja!”
Justru karena pernah pacaran, saya tahu tiga bulan tidak cukup untuk menguji konsistensi dalam kehidupan seseorang. Masalahnya jika jatuh cinta, pikiran tak digunakan, hanya perasaan. Pacaran masih dapat diuji. Namun dalam pernikahan, tidak ada jalan keluar. Perlu konsisten dan setia karena janji sehidup semati.    

“Aduh, adakah jalan samping? Ke kanan mantan, ke kiri selingkuhan...” Inilah yang banyak terjadi. Dunia sekitar kita kaya dengan cerita semacam ini. Orang yang setia tidak menyimpang ke kanan dan kiri. Bagaimana mengenalinya? Selidiki sendiri orang-orang di sekitar kita: sejarah pekerjaannya.

Jika berpindah-pindah pekerjaan, tanya sebabnya. Bukan berarti kita harus diam dulu sebelum mencari pekerjaan baru namun hanya kita yang tahu apakah kita orang jujur dan benar, atau bukan. Hal-hal sangat praktis untuk dapat melihat konsistensi dalam kehidupan seseorang ini dapat diterapkan.

Matius 6:24
Tak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon.

Kesetiaan tidak dapat dibuktikan pada dua orang. Tidak setia berarti kita tidak menghormati karena sikap setia seperti tanda hormat yang kita tunjukkan. Setia pada pasangan berarti sedang menunjukan rasa hormat pada pasangan kita. Ketidaksetiaan mencoreng atau menghilangkan rasa hormat yang kita miliki pada seseorang.

Orang yang tidak setia adalah orang yang mengingkari atau tidak menghormati pribadi yang seharusnya ia hormati.



Matius 12:39
Tetapi jawab-Nya kepada mereka: "Angkatan yang jahat dan tidak setia ini menuntut suatu tanda. Tetapi kepada mereka tidak akan diberikan tanda selain tanda nabi Yunus...

Matius 12:39 (Amplified)
But He replied to them, An evil and adulterous generation (a generation morally unfaithful to God) seeks and demands a sign; but no sign shall be given to it except the sign of the prophet Jonah.  

Dalam versi bahasa Inggris, angkatan tidak setia diterjemahkan sebagai “An evil and adulterous generation” atau generasi yang dengan mudahnya berselingkuh, berzinah, dan mengkhianati. Itu sebabnya Tuhan berkata bahwa Ia cemburuan. Tuhan menginginkan kesetiaan.

Untuk menguji apakah seseorang konsistensi atau tidak, lihat bagaimana ia menghormati pasangan, atasan, dan orang tuanya. Jika tak dapat setia atau setia pada dua tuan yang bersamaan, ia berselingkuh. Jika kita bekerja pada perusahaan A namun berjualan produk perusahaan B atau memakai telepon perusahaan A untuk menjual produk perusahaan B, inilah peselingkuhan.

Belum cerai dengan perusahaan A namun sudah menjalin hubungan dengan perusahaan B juga dinamakan selingkuh.

2 Korintus 1:18
Demi Allah yang setia, janji kami kepada kamu bukanlah serentak "ya" dan "tidak".

Orang yang konsisten tidak akan kompromi atau ambil jalan pintas dalam kehidupannya. Saya banyak temukan orang berkata “ya” namun harga yang harus dibayar untuk “ya” mahal sehingga mengambil jalan pintas berkata “tidak”. Orang yang konsisten, apapun dan berapapun harganya berkata “ya”. Dia tidak akan kenal tekanan atau menyimpang ke kanan dan kiri.

Orang yang konsisten tidak akan mencari jalan gampang hanya untuk menguntungkan diri sendiri apalagi kompromi. Seringkali alasan yang digunakan adalah kita berkarakter fleksibel, mudah menyesuaikan diri, cerdik seperti ular tulus seperti merpati. Beda antara cerdik dan licik memang tipis namun hanya diri kita yang tahu apakah kita orang setia dan jujur.

Orang yang konsisten tidak berpindah-pindah arah. Tidak hanya karena ingin lurus dan saat dihadang kemudian belok ke kanan dan kiri. Jika ingin lurus, ia akan konsisten pada arahnya.

2.    Gigih Sampai Akhir (Persisten)

Wahyu 2:10
Jangan takut terhadap apa yang harus engkau derita! Sesungguhnya Iblis akan melemparkan beberapa orang dari antaramu ke dalam penjara supaya kamu dicobai dan kamu akan beroleh kesusahan selama sepuluh hari. Hendaklah engkau setia sampai mati, dan Aku akan mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan.

Kesetiaan bersifat seumur hidup kita. Mahkota kehidupan akan datang jika kita persisten hingga nafas terakhir. Dalam pernikahan, kita berjanji akan setia sampai mati.

Banyak yang terkena masalah dalam pernikahan, berjanji tidak menyimpang ke kanan dan kiri namun jika ia menyerah dalam pernikahannya sama artinya dengan tidak setia.

Ada orang berpacaran mengatakan, “Pak, saya putus masing-masing tiga bulan dan enam bulan, saya tetap setia karena saat berpacaran tiga bulan, tidak saya double. Saya putuskan dulu yang tiga bulan baruber jalan dengan yang enam bulan. Saya putuskan dulu yang enam bulan baru berjalan dengan yang dua tahun.” Isunya bukan double namun tidak ada persistensi di dalamnya.

Ada yang seharusnya tidak melanjutkan hubungan namun berkata, “saya mau setia.” Jika belum menikah, kontrak belum ditandatangani. Begitu menikah, kita harus setia sampai mati. Sebelum menikah, kita perlu menguji apakah orang yang ingin kita nikahi seumur hidup juga adalah orang yang persisten. Jika kita persisten dan pasangan tidak, kita yang membayar mahal harganya.

Ada yang datang dan berkata, “kami sudah menikah dan ingin bercerai. Boleh tidak, pak?” “Boleh,” kata saya. Mereka kaget. Lalu saya lanjutkan, “tinggal tunggu siapa dulu yang mati karena sampai maut memisahkan. Tolong setujui siapa yang mau mati dan akan saya doakan. Kalau salah satu mati bisa kawin lagi. Tapi siapa yang mau mati?” gurau saya.
Persistensi bukan hanya bicara soal arah. Konsistensi bicara mengenai arah sedangkan persistensi bicara mengenai kegigihan sampai habis. Itu sebabnya Paulus berkata, “aku sudah menyelesaikan pertandinganku.” Paulus tidak berkata ia berlari di 200 meter dan pindah ke 400 meter sebelum selesai kemudian lari lompat tinggi dan lompat jauh.

Yesus berkata, “It just finished.” Tuhan Yesus menyelesaikan apa yang harus Ia kerjakan. Ciri-ciri orang yang setia adalah akan menyelesaikan apa yang ia mulai.  

Matius 25:24-30
(24) Kini datanglah juga hamba yang menerima satu talenta itu dan berkata: Tuan, aku tahu bahwa tuan adalah manusia yang kejam yang menuai di tempat di mana tuan tidak menabur dan yang memungut dari tempat di mana tuan tidak menanam.
(25) Karena itu aku takut dan pergi menyembunyikan talenta tuan itu di dalam tanah: Ini, terimalah kepunyaan tuan!
 (26) Maka jawab tuannya itu: Hai kamu, hamba yang jahat dan malas, jadi kamu sudah tahu, bahwa aku menuai di tempat di mana aku tidak menabur dan memungut dari tempat di mana aku tidak menanam?
(27) Karena itu sudahlah seharusnya uangku itu kauberikan kepada orang yang menjalankan uang, supaya sekembaliku aku menerimanya serta dengan bunganya.
(28) Sebab itu ambillah talenta itu dari padanya dan berikanlah kepada orang yang mempunyai sepuluh talenta itu.
(29) Karena setiap orang yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan. Tetapi siapa yang tidak mempunyai, apapun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya.
(30) Dan campakkanlah hamba yang tidak berguna itu ke dalam kegelapan yang paling gelap. Di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi."

Ini aneh karena jika menggunakan prinsip konsisten dan persisten, seharusnya hamba yang memiliki satu talenta ini disebut setia. Hamba tersebut tidak ganti atasan dan masih menunggu atasannya pulang, ia tak “menilep” satu talentanya bahkan talenta tesebut ia jaga dengan baik.

Bila menggunakan prinsip konsisten dan persisten saja harusnya orang ini setia. Namun Alkitab berkata ia dianggap jahat dan malas. Jika konsisten dan persisten sudah ada, apa yang ketinggalan padahal yang lain disebut hamba yang baik dan setia?

Jika kita sudah konsisten dan persisten, tambahkan bagian terakhir yakni aktif atau memiliki inisiatif atau produktif.

Andaikan saya adalah seorang suami dan memiliki kesulitan dalam pernikahan, selalu tegang dengan isteri. Saya anak Tuhan. Saya tidak akan berselingkuh, punya orang ketiga, tidak menyimpang ke kanan dan kiri, dan tidak bercerai karena tidak boleh bercerai. Namun jika saya tidak aktif ingin memperbaiki pernikahan, saya bukan orang yang setia.

Sama seperti hamba yang memiliki satu talenta ini, saya tidak melakukan apapun. Saya tidak melakukan apa yang seharusnya saya dapat lakukan untuk memperbaiki pernikahan. Prinsip yang sama berlaku dalam pekerjaan, mengasuh anak, melayani, dan sebagainya.


Dalam hal konsistensi, kita dapat melihat banyak hal. Lihat bagaimana ia bergabung dalam gereja. Apakah orang tersebut tiap dua tahun pindah gereja, tiap dua bulan pindah pelayanan, tiap tekanan datang mundur, dan tiap tantangan datang kabur. Ada konsistensi namun tidak ada persistensi di dalamnya.

Bukan berarti kita tidak boleh pindah pekerjaan namun bagaimana kita pindah menentukan siapa kita sesungguhnya. Pindah gereja boleh-boleh saja, tidak masalah. Namun jika isunya adalah mencari gereja yang sempurna, kita tak akan pernah menemukannya. Bahkan jika ada gereja sempurna, saat kita masuk di dalamnya gereja tersebut menjadi tidak sempurna karena kita.

Namun jika selalu kabur, inilah inkonsistensi yang membuat kita tidak akan pernah maju.

Indonesia penuh dengan orang pintar namun perlu orang yang konsisten dan persisten. Meski tantangan datang, kita tidak berubah dan selalu ingin memperbaiki. Jika bekerja seperti ini, dimanapun kita berada sebagai suami/isteri, ayah/ibu, orang tua, perkenanan Tuhan (favor of God) akan selalu ada dalam hidup kita.

Lakukan ini dalam hidup kita dan dapat kita pakai untuk menguji orang-orang yang dekat dalam kehidupan kita sehingga kita selalu berhasil dan beruntung. Jangan menyimpang ke kanan dan kiri, setia sampai mati, senantiasa melakukan yang terbaik, tidak pasif, dan produktif. Orang yang setia selalu ingin menjadikan segala sesuatu lebih baik dalam kehidupannya.

Senin, 15 Oktober 2012

makalah kitab keluaran


BAB I
(PENDAHULUAN)

LATAR BELAKANG
            Keluaran orang Israel dari Mesir adalah peritiwa utama sejarah keselamatan dalam Pelajaran Lama. Melalui peristiwa itu Allah menggenapi janji-janji-Nya kepada para bapak leluhur Israel bahwa Ia menjadi akan memberikan tanah kepada mereka dan keturunan mereka akan  menjadi bangsa besar. Walaupun itu penting, namun untuk memastikan tempat dan waktu terjadinya merupakan tugas yang sukar, sebagian dikarenakan sifat-sifat kitab yang menceritakan tentang peristiwa itu. Nama firaun yang berhadapan dengan Musa tidak disebut, pasti dengan sejarah Mesir dan Palestina pada waktu itu. Bukti mengenai peristiwa itu semuanya bersifat tidak berlangsung, karena itu persoalan sejarah harus ditangani dahulu sebelum kita beranjak lebih lanjut pada isi dan teologia kitab ini [1].
                        Sejarah suci meluas dalam kitab keluaran. Beberapa abad setelah kematian Yusuf tidak dicatat. Sementara itu keturunan para Patriarkh menjadi sangat banyak. Firaun yang memerintah pada wakru itu tidak senang melihat perkembangan penduduk bani Israel  ini, dan ia memperbukan dan menindas mereka dibawah pimpinan Musa, Bangsa Israel dimerdekakan dari perbudakan, dijadikan bangsa yang merdekan dan dipersiapkan untuk menaklukkan dan menduduki tanah Kanaan.
            Arti rohani perlepasan ini sangat luas sekali. Empat buku yang sisa dari Pentateukh atau seperanan dari seluruh Perjanjian Lama digunakan untuk mencatat kejadian yang penting ini.
            Perhatikanlah lingkup Perjalanan dan waktu yang terdapat dalam garis besar keempat buku itu sebagai berikut :
I.                   Perbudakan bangsa Israel, 400 tahun Keluaran 1,2
II.                Dari Mesir ke Sinai, kurang dari 1 tahun        Keluaran 3-18
III.             Berkemah di Kaki Gunung Sinai,
± 1 tahun                                             Keluaran 19-bilangsan 10
IV.             Pengembaraan di padang gurun,
± 38 tahun                                           Bilangan 10-21
V.                Berkemah sebelum memasuki Kanaan,
± 1 tahun                                             Bilangan 22-Ulangan 34
            Mesir adalah salah satu pusat peradaban yang paling maju, ketika bangsa Israel mulai muncul sebagai satu bangsa. Kerajaan yang baru itu berdiri kira-kira abad ke XVI SM Setelah [2].
            Kitab keluaran sangat penting, baik ditinjau dari sudut pandang orang Yahudi maupun dari  sudut pandang orang Kristen. Di dalamnya terdapat riwayat mengenai peristiwa-peristiwa yang didasarkan pada keyakinan-keyakinan asasi tentang Allah, hokum-hukum, serta peraturan-peraturan untuk mengatur sikap orang percaya. Dengan demikian, kita semua seharusnya mempelajari dan berusaha untuk memahaminya dengan sebaik mungkin [3].
            Kitab keluaran mencatat peristiwa-peristiwa dari kelahiran Musa sampai penyelesaian dan penahbisan kemah suci di Sinai pada buku pertama tahun kedua sesudah peristiwa keluaran dari Mesir (bdg. 1:1;2:1-14; 19: 1; 40:17). Jadi sejarah actual dari kitab keluaran meliputi jangka waktu sekitar delapan puluh lima tahun.
            Pemahaman kita tentang keluaran umat Ibrani menjadi semakin rumit oleh pertimbangan-pertimbangan geografis, rute yang terdapat dari umat Ibrani ketika melintas padang gurun dan letaknya Gunung Sinai masih belum diketahui dengan pasti. Tiga pilihan sudah diajukan untuk rute keluaran yang ditempuh oleh umat Ibrani teori rute Sinai paling utara, teori rute Sinai tengah, dan teori rute Sinai tradisional di selatan [4].
            Kitab Keluaran merupakan buku kedua dari kumpulan 5 kitab yang disebut Taurat, yang disusun oleh Musa, dan urutan kedua dalam kanon Perjanjian Lama atau Tanakh (Alkitab Ibrani).[1][2] Dalam bahasa Ibrani kitab ini disebut Shemoth dari kata-kata pertama Ve-eleh shemoth. Sedangkan dalam beberapa bahasa Eropa, disebut dengan nama Exodus. Kata ini diambil dari terjemahan bahasa Latin Santo Hieronimus yang mengambilnya dari Septuaginta, terjemahan bahasa Yunani. Ini artinya adalah "keluaran", dan terutama peristiwa "keluaran" bangsa Yahudi dari tanah Mesir, di mana mereka diperbudak selama lebih dari 400 tahun [5].


SEJARAH PENULIS
            Sejarah-sejarah Aliktab, yang berpegang pada pandangan lebih dari satu penulis yang dikaitkan dengan hipotesis dokumen-dokumen untuk komposisi pentateukh, membagi keluaran ke dalam tiga sumber utama: sumber Y (atau Yahwis), Sumber E (Elohis), dan sember P (priestly atatu imam). Pasal 1-34 pada umumnya diangggap sebagai suatu “jalinan” dari Y dan E dan P, sedangkan pasala 35-40 dianggap sebagai materi dari sumber P [6].
            Kitab Keluran terdiri atas dua bagian: bagian pertama terdiri dari fasal 1-15 ialah mengenai Kelepasan dari Mesir; bagian kedua terdiri dari fasal 16-40 ialah mengenai Wahyu (pernyataan) Allah di Sinai [7] .
            Kitab keluaran ini tidak berdiri sendiri sebagai karya terpisah. Memang sebelumnya sudah disebutkan hubungan dengan kitab-kitab lain dalam Pentateuhk. Ini merupakan sebagai dari riwayat besar yang mulai dari penciptaan langit serta bumi dan berakhir dengan kematian Musa.
            Hubungan anatar Kitab Keluaran dan kitab Kejadian tidak sederahana. Peristiwa-peritiwa alam kitab Keluaran terjadi lama sesudah zama para bapak leluhur dalam kitab Kejadian. Keadaan “anak Yakub” itu juga banyak berubah. Pada akhir kitab Kejadian mereka tinggal I tanah Gosyen sebagai gembala-gembala yang cukup kaya dan mereka itindas sebagai budak-budak di Mesir dan terpaksa membangun kota-kota pertahanan bagi raja. Namun, hal itu tidak berarti bahwa hubungan antara kedua kitab itu terputus. Justru tetap ada dan sangat penting. Allah yang dikenal oleh para Bapa Leluhur menyatakan nama-Nya yaitu Tuhan, dan sifat-sifat-Nya yang dapat dilihat secara lebih jelas melalui tindakan-tindakan serta firman-Nya. Janji-janji dalam kitab Kejadian masih berlaku, bahkan menyebabkan Allah menyelamatkan orang-orang Israel dari perbudakan. Memang bisa dikatakan bahwa janji-janji itu mulai digenapi. Hubungan antara Kitab Kejadian dan Kitab Keluaran sesungguhnya teologis, bukan sejarah [8].
            Sejarahsuci meluas dalam kitab Keluaran. Beberapa abad setelah kematian Yusuf tidak dicatat. Sementara itu keturunan para Patriarkh menjadi sangat banyak. Firau yang memerintah pada waktu itu tidak senang melihat perkembangan penduduk bni Isrel ini, dan memperbudak dan mernindas mereka. Di bawah pimpinan Musa, bangsa Israel dimerdekakan dari perbudakan, dijadikan bangsa yang merdeka dan dipersiakan untuk menaklukkan dan mendudukki tanah kanaan.
            Arti rohani pelepasan ini sangat luas sekali. Empat buku yang sisa dari Pentateukh atau seperenam dari seluruh Perjanjian Lama diugunakan untuk mencatat kejadian yang penring ini.
            Dalam waktu yang relative singkat dibawah pimpinan Musa, Bangas Israel dimerdekakan dari tindasan dan menjadi suatu bangsa merdeka yang sabar akan hubungan dengan Allah dan janji-Nya Kisah yang terdapat did lam Alkitab dapat dibagi sebagai berikut:
I.                   Israel bebas dari perbudakan                               Keluaran 1:1-13:19
A.    Keadaan di Mesir, 1:1-22
B.     Musa-Kelahiran, pendidikan dan panggilannya,
2:1-4:31
II.                Dari Mesir ke Gunung Sinai                                             13:20-19:2
A.    Pelepasan ilahi, 13:20-15:21
B.     Perjalanan menuju tempat perkemahan di Sinai,
        15:22-19:2 [9].
            Nama kitab kedua dalam Pentateukh adalah Keluaran (Indonesia), Exodus (Inggris) dan
tAmv. hL,aew> (we’elleh shemoth) atau tAmv. (shemoth) Ibrani. tAmv. hL,aew>
(we’elleh shemoth) merupakan 2 kata pertama yang muncul pada kalimat pertama
pembagian buku Pentateukh kedua, yang berarti ‘dan inilah nama-nama…’ Sedangkan
bahasa Inggris mengambil istilah ‘Exodus’ dari bahasa Latin yang mengadopsi dari
bahasa Yunani (LXX) dalam Keluaran 19:1 “tou/ de. mhno.j tou/ tri,tou th/j evxo,dou…”
(tou de mhnos tou tritou ths exodou). Istilah Exodus dapat berarti ‘keberangkatan,
kematian’ dan pengambilan nama Exodus ini didasarkan pada tema yang mendasari kitab
ini.
Keluaran sebagai kelanjutan dari Kejadian
Kejadian terdiri dari kisah-kisah individu sedangkan Keluaran merupakan kisah tentang
bagaimana suatu bangsa terbentuk. Dari Kel. 19 (di gunung Sinai) hingga akhir kitab Kel.
semuanya berhubungan dengan hukum-hukum/peraturan-peraturan. Tema hukum
tersebut terus berlanjut dalam seluruh kitab Imamat hingga Bil. 9. Orang Israel mulai
pindah dari Bil. 10:11 dan akhirnya tiba di seberang sungai Yordan (Bil. 33:48).
Kemudian ada sebuah bentuk percakapan yang cukup panjang dalam kitab Ulangan.
Perpindahan itu mulai lagi hanya di bagian akhir kitab Ulangan.
Keluaran sebagai pesan harapan
Motif Keluaran merupakan salah satu tema yang paling banyak muncul di dalam seluruh
Alkitab dan paling banyak dipakai sebagai tipologi dalam berbagai peristiwa-peristiwa
masa depan:
_ Penglihatan para nabi tentang kembalinya bangsa Israel dari pembuangan
digambarkan sebagai peristiwa Keluaran yang baru (Yes. 43:14-21; Yeh. 20:32-44);
_ Pemazmur minta bantuan dari Allah dengan mengutip Keluaran sebagai contoh dari
karya penyelamatan Allah (Maz.80:8; 81:6; 99:6);
_ Percakapan Yesus dalam kitab Matius yang banyak mengutip kisah Keluaran dan
kutipan lainnya dalam surat-surat (I Kor 10:4);
_ Oleh karena itu tema kitab Keluaran merupakan sesuatu yang bersifat teologis yang
merupakan jaminan pelepasan Allah pada masa kesukaran di masa depan [10].

PENULIS
            Penulis kitab ini adalah Musa. Waktu penulisannya anatar 1450 dan 1400 SM. Kebanyakan mengagap tahun 1300-1250 sM lebih cocok dengan kebanyakan bukti dibandingkan dengan penentu waktu lainnya. Atas dasar ini dapat ditentukan bahwa Firaun penindas orang Israel adalah Seti I ( 1305-1290 sM) dan Firaun dalam kitab keluaran adalah Rameses II (1290-1224).
Meskipun peristiwa keluaran jelas merupakan pusat sejarah Israel, namun belum ada penyelesaian akhir dapat diberikan atas masalah kronologi dan geografis yang rumit sehubungan dengan peristiwa itu. Zaman umum yang cocok dengan kebanyakan bukti di dalam dan di luar Alkitab adalah peruhan pertama abad ke-13 (1300-1250 sM) [11].
            Penulis ktab ini adalah Musa seorang nabi yang telah dipanggil Allah untuk menyelamatkan bangsa Israel, Kitab keluaran ini terdiri atas dua bagian: bagian pertama terdiri dari fasal 1-5 ialah mengenai kelepasan dari Mesir; bagian kedua tetriri dari fasal 16-40 ialah mengenai wahyu (pernyataan) Allah di Sinai [12].
            Dengan demikian, sulit menerima tradisi bahwa Musa sendiri yang menulis kitab Pentateukh itu. Namun, juga sulit dipercaya bahwa satu orang menulis semua bahan didlamnya ataupun semua ditulis pada zaman yang sama sebab terdapat banyak ulangan, perbedaan gaya, dan sebagainya. Kadang-kadang suatu cerita diriwayatkan dua kali, barangkali dengan perbedaan bahkan dengan kontradiksi.
            Dalam Kitab Keluaran, pemanggilan Musa diriwayatkan baik dalam 3:1-21 maupun dalam 6:1-12. Dalam kedua riwayat itu, nama “Tuhan” (Yahweh) dinyatakan seakan-akan tidak dikenal manusia dahulu. Kedua riwayat itu tidak setuju dengan keterangan dalam kejadian 4:26, yaitu pada waktu Enos ”orang mulai memanggil nama TUHAN” [13].
            Beberapa pakar beranggapan bahwa Musa hanya menulis bagian-bagian utama dari keluaran dan beberapa tambah tertentu tekun dibuat oleh editor-editor di kemudian hari (Misalnya, silsilah dalam 6:14-27). Orang lain lagi menganggap kitab Keluaran sebagai hasil penulisan pengganti Musa, seperti Yosua, atau imam Eleazar, berdasarkan tradisi lisan yang diterima dari Musa dan Harun bagaiman juga, semua pandangan ini mengakui bahwa Musa adalah sumber dari dokumen tertulis yang mencatat peristiwa keluaran dari Mesir [14].
            Kitab Keluaran merupakan buku kedua dari kumpulan 5 kitab yang disebut Taurat, yang disusun oleh Musa, dan urutan kedua dalam kanon Perjanjian Lama atau Tanakh (Alkitab Ibrani) [15].






BAB II
(ISI)
SEJARAH HISTORIS
            Untuk memastikan waktu dan tempat terjadinya peristiwa keluaran, pertama-tama kita harus mengenal masa sejarah ketika pertiwa itu terjadi, yaitu masa kejayaan kerajaan Mesir. Demi kesinambungan dan kelengkapannya, ringkasan berikut akan memulai dengan akhir “Zaman bapak-bapak leluhur” kira-kira tahun 1550 sM dan dilanjutkan sehingga kira-kira tahun 1200 sM, ketika bangsa Israel telah memasuki Palestina. Selama masa ini, yang kira-kira bersamaan dengan Zaman Perunggu Akhir di Palestina, Mesir mendominasi dunia zaman kuno dan Palestia, Mesir mendominasi duni zaman kuno dan Palestina terletak di dalam batas-batas kerajaannya [16].
            Historis kitab keluaran adalah pelestarian kisa-kisah yang menjelaskan bagaimana umat Israel sampai menjadi buak I Mesir kelepasan mereka, dan kehadiran mereka di padang gurun sianai. Cerita kitab keluaran menghubungkan kisah-kisah para bapa leluhur dengan bangsa teokrotis yang menaklukkan kanaan (bdg. 6:4) [17].
            Kitab Keluaran dalam bahasa Ibrani, sesuai dengan kebiasaan kuno yang lazim dipakai di Tengah Dekat, dipakai kata-kata pertama, yaitu we’eleh syemot, yang berarti “Inilah nama”. Memang biasanya isatukan dengan syemot, yaitu “nama”.
            Dalam hampir semua terjemahan, baik dahulu maupun sekarang, terdapat judul yang menekankan suatu peristiwa yang penting sekali yang diriwayatkan didalamnya, yaitu keluaran umat Israel dari Mesir. Dengan demikian, Septuaginta ( terjemahan ke dalam bahasa Yunani yang dibuat pada abad ke-3 sM.) memakai judul Exodos, yang berarti ”keluaran”. Vulgata ( terjemahan ke dalam bahasa Latin yang dibuat kira-kira tahun 400 M.) serta terjemahan-terjemahan bahasa inggris memakai nama Exodus, yang artiny sama. Judul itu sangat cocok, meskipun dimuat juga peristiwa-peristiwa lain seperti perjalanan umat Israel melalui padang gurun, Pemberian Kesepuluh Firman di gunung Sinai, upacara pengikat perjanjian antara Tuhan dengan bangsa Israel, dan dosa bangsa itu ketika mereka membuat anak lembu emas. Termasuk juga ketetapan-ketetapan untuk mendirikan kemah Suci dan riwayat tentang pelaksanaan ketetapan itu.
            Kitab itu, terutama dalam Alkitab bahasa Jerman, juga disebut “Kitab Musa yang Kedua”. Judul itu menghubungkan dengan kitab-kitab pertama Pantateuhk yang lain, sebab kejadian disebut Kitab Musa yang pertama, Imamat disebut Kitab yang ketiga, dan seterusnya. Musa juga ditonjolkan dalam kitab keluaran ini sebagai pemimpin bangsa Israel, yang hubungan dengan Tuhan, Allah mereka, cukup unik, yang kuasanya juga unik, dan menentukan dasar serta norma iman mereka. Bahkan tradisi lama yang menyatakan bahwa Musalah yang menulis semua kitab Pantateuhk dan tradisi itu akan dibicarakan nanti [18].
            Mesir adalah salah satu pusat peradaban yang paling maju, ketika bangsa Israel mulai muncul sebagai suatu bangsa. Kerajaan yang baru itu berdiri kira-kira abad ke XVI SM setelah mengusir bangsa Hyksos yang telah menduduki Mesir selama hamipir dua abad. Salah seorang pemimpin militernya yang besar ialah Thutmosis III (± 1500-1450). Berkali-kali ia memimpin tentaranya melalui Palestina atau mengarungi Laut Tengah untuk memperluas daerah kekuasaan Mesir sampai k Sungai Efrat. Ia sering dibandingkan dengan Alexander  Agung atau napoleon.
            Dalam waktu yang relative singkat dibawah pimpinan Musa, Bangas Israel dimerdekakan dari tindasan dan menjadi suatu bangsa merdeka yang sabar akan hubungan dengan Allah dan janji-Nya Kisah yang terdapat didalam Alkitab.
                        Sejarahsuci meluas dalam kitab Keluaran. Beberapa abad setelah kematian Yusuf tidak dicatat. Sementara itu keturunan para Patriarkh menjadi sangat banyak. Firau yang memerintah pada waktu itu tidak senang melihat perkembangan penduduk bni Isrel ini, dan memperbudak dan mernindas mereka. Di bawah pimpinan Musa, bangsa Israel dimerdekakan dari perbudakan, dijadikan bangsa yang merdeka dan dipersiakan untuk menaklukkan dan mendudukki tanah kanaan [19].
            Setelah didahului dengan beberapa narasi yang dapat disebut sebagai suatu transisi antara
Kejadian dan Keluaran (penindasan bangsa Israel di mesir, pembunuhan bayi laki-laki
orang Israel, kelahiran Musa, Musa melarikan diri ke Midian) sekaligus satu periode
narasi (Kel. 1:8 bdg 2:23), maka kitab Keluaran kembali ke kitab Kejadian dengan
mengingat kembali perjanjian Allah dengan leluhur bangsa Israel (2:24; 3:6).
Dalam perjalanan untuk mencapai perjanjian Allah dengan leluhur bangsa Israel, Allah
menjelaskan kepada Musa sebuah konsep perjanjian dalam Kel. 6:1-7 dan ayat 6
merupakan kunci keseluruhan kitab Keluaran “Aku akan mengangkat kamu menjadi
umatKu dan Aku akan menjadi Allahmu.” Oleh karena itu dalam keseluruhan kitab
Keluaran, istilah “umat-Ku” (7:4,16; 8:1,20-23, 9:1,13,17; 10:3,4 bdg. 3:10; 4:22),
“TUHAN, Allah orang Ibrani” (7:16; 9:1; 10:3 bdg. 5:3) muncul dalam frekuensi yang
cukup banyak. Firaun pun selalu menyebut TUHAN dengan “TUHAN Allahmu” (8:28;
10:8,16,17). Tuhan pun selalu menyebut diri-Nya dalam berhubungan dengan bangsa
Isreal dengan “TUHAN, Allahmu” (6:6b; 15:26; 16:12; 20:2,5,7,10,12; 23:19,25;
34:24,26).
Puncak dari hubungan Allah dan bangsa Isreal tersebut terjadi di Sinai (19:5) yang
dinyatakan dalam bentuk ‘pertemuan Tuhan dengan bangsa Israel’ (19:17), ‘berbicara’
(20:22), ‘melihat Allah’ (24:10). Selanjutnya Allah dan bangsa Israel membuat perjanjian
melalui Decalogue (20:1-17) dan Kitab Perjanjian (21-23) dan kemudian perjanjian itu
disahkan (Kel. 24).
Sebagai bukti dari perjanjian itu Allah akan hadir di tengah-tengah umat-Nya melalui
pendirian tabernakel. Kitab Keluaran diakhiri dengan gambaran tentang kehadiran Allah
melalui awan (40:34-38).
NAMA ALLAH (6:1-2)
Pertanyaan yang sering ditanyakan sehubungan dengan nama Allah adalah kapan Allah
menyatakan diri dengan nama Yahweh (TUHAN). Sebutan “Yahweh” sudah dipakai
sejak Kejadian 2 (Yahweh Elohim), namun Kejadian 4:26 menyatakan bahwa orang
mulai memanggil nama Yahweh pada jaman Enos. Lebih jauh lagi, Keluaran 6:2
menyatakan bahwa Allah mulai memperkenalkan diri sebagai Yahweh pada jaman Musa,
sedangkan pada bapa-bapa leluhur Ia hanya memperkenalkan diri sebagai Allah yang
mahatinggi (El Shaddai). Manakah yang benar? Apakah nama Yahweh baru dikenal pada
jaman Enos? Musa? Atau sejak jaman Adam?
Sebelum menyelidiki Kejadian 4:26 dan Kel 6:2 secara detil, ada dua hal yang perlu
dipahami terlebih dahulu. Pertama, konsep orang Yahudi tentang nama. Bagi mereka,
nama bukan hanya berfungsi sebagai panggilan, seperti orang modern memahaminya.
Nama bagi mereka merupakan ekspresi dari kepribadian, misalnya Nabal berarti “bodoh”
(1Sam 25:25). Tidak heran, perubahan nama dilakukan pada beberapa orang yang telah
mengalami perubahan karakter. Contoh: nama “Yakub” yang berarti pemegang tumit
(Kej 25:26) diganti dengan “Israel” yang berarti bergumul dengan Allah (Kej 32:28).
Perubahan nama Yakub ini menandai fase penting dalam hidupnya. Ia dahulu selalu
berusaha dengan kekuatan sendiri untuk mencapai sesuatu yang sebenarnya sudah
dijanjikan Allah (Kej 25:23), misalnya memperdayai kakaknya untuk mendapat hak
kesulungan (Kej 25:29-34) dan menipu ayahnya untuk mendapatkan berkat (Kej 27:1-
29). Setelah peristiwa perubahan nama di Kejadian 32, Yakub tidak lagi menipu atau
memperdayai orang lain. Dalam bagian lain Alkitab, nama Allah seringkali dipakai untuk
mewakili seluruh Pribadi Allah. Hal ini tercermin dari ungkapan seperti larangan untuk
menyebut nama Yahweh dengan sembarangan (Kel 20:7; Im 24:16; Ul 5:11), pujian
untuk nama Yahweh (Mzm 17:18; 113:1). Kedua, konsep orang Yahudi tentang
mengenal Allah. Dalam Perjanjian Lama (sekitar 26 kali), tindakan ‘mengenal Allah’
bukan hanya melibatkan aspek kognitif (intelektual), tetapi juga aspek relasional
(hubungan atau pengalaman). Makna ini diilustrasikan dengan jelas melalui arti kata
Ibrani yada. Kata ini bisa berarti mengetahui (Kej 3:5, 7, 22; 4:9) atau bersetubuh (Kej
4:1, 17). Berdasarkan penggunaan ini kita perlu melihat apakah arti kata ‘mengetahui’
atau ‘mengenal’ di suatu teks bersifat intelektual saja atau sekaligus relasional.
Kejadian 4:26
Ayat ini telah menimbulkan perbedaan pendapat di antara para penafsir. Para penafsir
Yahudi awal melihat kata Ibrani lx;Wh hukhal (LAI:TB “mulai”) di ayat ini dalam arti
“mengotori”, sehingga Kejadian 4:26 dianggap sebagai permulaan dari penyembahan
berhala. Pendapat ini tentu saja memiliki beberapa kelemahan serius. Frase “memanggil
nama Yahweh” dalam kitab Kejadian seringkali dipakai untuk penyembahan/ibadah yang
benar oleh para patriarkh (12:8; 13:4; 21:33; 26:25). Selain itu, Kejadian 4:25-26
merupakan kontras bagi Kejadian 4:17-24: ayat 17-24 memaparkan suatu keturunan yang
tidak takut terhadap Yahweh, sedangkan ayat 25-26 menandai awal keberadaan suatu
keturunan yang baik (pengganti Habel, orang yang benar itu).
Young Literal Translation (YLT) menerjemahkan “memanggil” dengan kata benda
“preaching” (kotbah). Sayangnya, kita tidak bisa mengetahui apa maksud terjemahan ini [20].
SEJARAH POLITIK
            Sejarah politik dalam kitab keluaran ini pada pertempuran  besar kadesy pada tahun ke-5 pemerintahan Rameses II, baik Mesir maupun orang Het memakai tentara sewaan yang terdiri dari orang-orang Aego-kreta, “Bangsa-bangsa laut” yang mereka temui dalam pertempuran untuk mempertahankan kerajaan mereka [21].
            Di samping itu, sama seperti akan dilihat dari tafsiran nanti, ada banyak unsur yang realistis salam riwayat dari Kitab Keluaran ini. Misalnya, Ketika Musa meminta izin Firaun untuk pertama kalinya agar orang-orang Isael pergi ke padang gurun, Firaun marah sekali. Ia menang dalam perselisian melawan dia. Juga sesudah orang-orang Israel terlepas, Mereka tidak mengalami keuntungan-keuntungan kebebasan dengan segera, Mereka mulai memikirkan bahwa keadaan mereka dulu sebagai budak-budak lebih baik dan aman. Mereka lalu menuduh Musa sebagai Orang yang menyebabkan nasib mereka menjai lebih jelek (14:10-12; 15:24). Sama seperti banyak orang lain, mereka harus menderita banya ketidakpastian sebelum menikmati keuntungan hidup mereka yang baru.
            Ada juga persoalan-persoalan ari seluk-beluk dalam riwayat itu. Misalnya dalam perikop tetang kelahiran Musa (2:1-10) terdapat keterangan bahwa puteri Firaun datang untuk mandi di Sungan Nill. Namun, menurut  para sarjana yang mempelajari Negeri Mesir secara teliti seorang puteri Firaun tidak mungkin mandi di sana. Memang luar biasa jika seorang puteri raja, yang tinggal di istana yang besar dan mewah, mandi di Sungai. Menurut ayat 10, Puteri Firaun menghubungkan nama Musa dengan kata kerja bahasa Ibrani “menarik”, seakam-akan ia tahu bahasa Ibrani. Namun sangat kecil kemungkinan dia tahu bahasa itu [22].
            Dengan sepuluh tulah Musa menantang Firaun yang tidak mau melepaskan bangsa Israel untuk keluar dari tanah Mesir. Maksud tulah-tulah itu (keluaran 9:16) ialah menunjukkan kuasa Allah yang besar, baik kepada bangsa mesir maupun kepada bangsa lsrael. Firaun mendapat kesempatan untuk menuruti kehendak Allah, tetapi ia mengeraskan hatinya. Sikap aslinya tidak pernah berubah walaupun tulah-tulah ini diberikan sebagai kejadian-kejadian alam yang biasa, namunmkuasa Allah yang ilahi itu nyata dalam peningkatan, diskriminasi dan peraturan waktunya. Tulah-tulah itu mungkin ditunjukkan kepada dewa-dewa bangsa Mesir [23].
            , Firaun meminta Imhotep untuk
mempelajari kitab-kitab keramat. Setelah beberapa hari mempelajarinya, Imhotep
muncul dan membukakan kepada Firaun tentang “keajaiban-keajaiban
tersembunyi” yang tidak ditunjukkan kepada raja lain tentang masa-masa tersebut.
Zoser sangat terkesima dengan penjelasan Imhotep yang mengakibatkan Mesir
dapat mengatasi kelaparan di negeri tersebut. Selanjutnya Imhotep diangkat
sebagai kepala imam Kheri-heb, yaitu anak dewa Ptah. Tetapi popularitas
Imhotep tidak hanya berhenti selama dia hidup. Ketika dia mati, dia diangkat,
didewakan sebagai dewa penyembuh. Firaun-firaun selanjutnya membangun
banyak kuil yang salah satunya ditujukan kepada Imhotep. Di kuil Imhotep
disediakan kamar-kamar pengobatan untuk orang yang sakit secara fisik dan
mental. Imhotep juga mengajarkan kepada orang Mesir bahwa berbagai bentuk
gejala penyakit dapat dihindarkan jika kekuatan sihir dari penyembuahn
dipergunakan dengan benar. Para ahli sihir pengikut Imhotep biasa
mempergunakan kristal sihir dan jampi-jampi Isis untuk memanggil Sekhmet,
dewi yang berdaulat atas berbagai penyakit [24].

SEJARAH PEREKONOMIAN
            Perekonomian dikuasai Rameses II yang melakukan serangan besar-besaran terhadap Keraajaan Het Yang menyergap tiba-tiba dekat Kadesy di daerah Orotes.  Sehingga memperbanyak pendapatan dari peperangan tersebut [25].
            Bagian ini dimulai dengan riwayat tetang nasib orang-orang Israel yang iperbudak Oleh Firaun di Mesir. Karena perbudakan itu bangsa Israel mengalami perekonomian yang menurun, serta perselisian yang besar dan panjang harus terjadi. Pasal 1-4 berisi peritiwa-peristiwa yang mendahului perselian itu [26].
KEPEMIMPINAN
            Tutmosis I mereka mencapai daerah Efrat umumnya firaun-firaun Dinasti XVIII awalnya hanya memimpin penyerangan penghukuman, karena mereka sibuk dengan pembangunan negeri serta penaklukan nubia dan sudan di selatan. Namun, situasi berubah di bawah Tutmosis III (1490-36 sM), salah seorang dari penguasa Mesir yang paling pandai. Dalam pertempuran terkenal Megidon, kira-kira tahun 1468 sM ia mengalahkan Oran g Hiksos, yang berpusat di Kadesy di Orontes, Siria bagian selatan. Dalam serangan berikutnua ia mematahkan semua perlawanan dan memperluasan kerajaannya  Mesir dengan Mitanni yang menguasai Siria. Peperangan antara kedua negara itu berlangsung terputus-putus selama hampir 50 tahun sampai di adakan perjanjian dibawah Tutmosis IV (kira-kira 1412-03 sM). Tampaknya, kedua belah pihak membuat perjanjian itu karena takut akan bangkitnya kembali orang Het yang menekan Sirian bagian utara.
            Namun semua negara-kota diperbolehkan memiliki kuasa setempat dan otonomi yang cukup. Pada pertengahan abad ke-14 sM Palestina di pertahankan pasukan-pasukan kecil yang ditempatkan di pusat-pusat adminitrasi[27] .
                        Musa lahir pada masa yang suram dalam sejarah bansa Israel. Akan tetapi musa dijadikan anak Angkat oleh puteri Firaun dan ia diberi pendidikan pusat peradaban yang paling terkemuka serta mendidik dalam segala hikmat Mesir (Kisah para Rasul 7:22).
            Pertimbangkanlah panggilan musa (Keluaran 3:1-4 :17) dengan mengingat latar belakang dan pengetahuannya tentang istana Mesir serta juga keadaan Orang Israel yang nempaknya tidak member harapan [28].
            Karena hanya ada dua Firaun di mesir yang memerintah lebih dari empat puluh tahun (jangka waktu pengasingan musa di pusat padang gurun selama penindasan umat Ibrani), pemerintah mereka merupakan pusat perhatian diskusi untuk menentukan tanggal terjadi peritiwa keluaran. Pandangan tanggal dini menyebut Thutmose III (1504-1450) sebagi Firaun dimasa Penindasan dan Amenophis II (1450-1425) sebagi FIraun dari peristiwa keluaran. Kedua-duanya memerintah selama Dinasti atau Wangsa ke-18 dari periode sejarah Mesir yang di kenal sebagai masa kerajaan baru dan Zaman perang akhir dari sejarah Timur dekat kuno [29].
POLA PIKIR ORANG PADA SAAT ITU
            Pola pikir orang Mesir menggunakan pengetahuan Militer mereka untuk menguasai dan memperluas kerajaan mereka. Tetapi orang israel Merasa tertekank katena tindasan orang-orang mesir kepada mereka karena kemajuan bangsa Israel tetapi Tuhan telah mempersiapkan pemimpin yaitu Musa.
            Musa adalah seorang yang di asuh oleh Puteri Firaun dan diberi pendidikan terbaik di bangsa Mesir tetapi Tuhan sendiri telah memanggik musa untuk melepaskan Bangsa Israel dari jeratan bangsa Mesir [30].

KEADAAN AGAMA
            Bangsa Mesir menyembah Dewa-dewa yang mereka percayai. Akan Tetapi Israel menyembah Tuhan Allah akan tetapi firaun tidak memperbolehkan bangsa Israel untuk beribadat akan tetapi Musa selalu mencari cara untuk mereka boleh beribadat dengan membuat Tulah kepada bangsa Mesir.
                Firaun masih tetap mempertahankan bangsa Israel akan tetapi pada Tulah kesepuluh Firaun akhirnya melepaskan Israel dan Musa membimbing Bangsa Israel menuju tanah Kanaan[31]
            Termasuk dalam bagian yang sangat pentingini aalah riwayat mengenai peristiwa-peristiwa I gunung Sinai dan kelompok-kelompok hokum serta peraturan. Menurut riwayat, Tuhan menampakkan diri di atas gunung itu an umat Israel harus mempersiapkan diri untuk mrnghadapi kedatangan-Nya (19:1-25). Mereka takut. Musa harus menjadi pengantar antara Tuhan dan mereka diikat dengan upacara (24:1-11) sebelum musa naik ke gunung (24:12-18). Kelompok hokum yang pertama terkenal sebagai “Kesepuluh Firman” (20:1-17), dan yang kedua disebut “Kitab Perjanjian” (20:22-23:19) dengan tambahan yang berisi janji dan teguran kepada Israel (23:20-23) [32].


BAB III
(PENUTUP)
KESIMPULAN DAN SARAN
            Kesimpulan dan saran setelah meneliti dan merangkum pembahasan Kitab Keluaran dari Latar Belakang, Sejarah Penulisan, Penuli, Sejarah Historis, Sejarah Politik, Sejarah Ekonomi, Kepemimpinan, Pola pikir oaring ada saat itu, dan Keadaan agamanya.
            Kitab Keluaran atau Kitab Pantateuhk adalah kitab yang memiliki tiga sumber yaitu: Sumber Y ( Yahwis ), Sumber E ( Elohis ), dan Sumber P ( Priestly atau Imam ) maka dari sumber-sumber ini terbentuk lah sebuah kitab yaitu Kitab Keluaran.
            Kitab Keluaran ini menceritakan tentang Perbudakan dan Penindasan bangsa Israel di tana Mesir yang pada saat itu di pimpin Oleh Firaun akan tetapi Allah sendiri tidak akan membiarkan Bangsanya menderita oleh sebab itu Allah senyuruh seorang nabi ialah Nabi Musa.
            Musa adalah seorang Nabi yang memimpin bangsa Israel keluara dari Tanah Mesir menuju Tanah kanaan. Musa diadopsi Oleh Puteri Firaun dan Musa menerima pendidikan hikmat Mesir yang terbaik di tanah Mesir pada saat itu.
                        Perhatikanlah lingkup Perjalanan dan waktu yang terdapat dalam garis besar keempat buku itu sebagai berikut :
I.                   Perbudakan bangsa Israel, 400 tahun Keluaran 1,2
II.                Dari Mesir ke Sinai, kurang dari 1 tahun        Keluaran 3-18
III.             Berkemah di Kaki Gunung Sinai,
± 1 tahun                                             Keluaran 19-bilangsan 10
IV.             Pengembaraan di padang gurun,
± 38 tahun                                           Bilangan 10-21
V.                Berkemah sebelum memasuki Kanaan,
± 1 tahun                                             Bilangan 22-Ulangan 34


DAFTAR PUSTAKA

W.S. LASOR  D.A. HUBBARD  F.W. BUSH  PENGANTAR PERJANJIAN LAMA 1
TAURAT DAN SEJARAH

ROBERT M. PATERSON, Tafsiran Alkitab kitab keluaran. PT. BPK GUNUNG MULIA
SAMUEL J. SCHULTZ, TH.D Pengantar perjanjian lama taurat dan sejarah hlm. 28&29

ANDREWE . HILL dan JHON .H. WALTON, Buku Survei Perjanjian Lama

Dr.J. BLOMMENDAAL, PENGANTAR DARI PERJANJIAN LAMA, PT. BPK GUNUNG MULIA


[1]  W.S. LASOR  D.A. HUBBARD  F.W. BUSH  PENGANTAR PERJANJIAN LAMA 1
TAURAT DAN SEJARAH
                  


[2] SAMUEL J. SCHULTZ, TH.D Pengantar perjanjian lama taurat dan sejarah
[3] ROBERT M. PATERSON, Tafsiran Alkitab kitab keluaran. PT. BPK GUNUNG MULIA Hlm.1
[4] ANDREWE . HILL dan JHON .H. WALTON, Buku Survei Perjanjian Lama
[5] http://id.wikipedia.org/wiki/Kitab_Keluaran

[6] ANDREWE . HILL dan JHON .H. WALTON, Buku Survei Perjanjian Lama
[7] Dr.J. BLOMMENDAAL, PENGANTAR DARI PERJANJIAN LAMA, PT. BPK GUNUNG MULIA, Hlm. 40
[8] ROBERT M. PATERSON, Tafsiran Alkitab kitab keluaran. PT. BPK GUNUNG MULIA Hlm. 5
[9] SAMUEL J. SCHULTZ, TH.D Pengantar perjanjian lama taurat dan sejarah
[10] http://id.wikipedia.org/wiki/Kitab_Keluaran
[11] [11]  W.S. LASOR  D.A. HUBBARD  F.W. BUSH  PENGANTAR PERJANJIAN LAMA 1
TAURAT DAN SEJARAH

[12] Dr.J. BLOMMENDAAL, PENGANTAR DARI PERJANJIAN LAMA, PT. BPK GUNUNG MULIA, Hlm. 40
[13] ROBERT M. PATERSON, Tafsiran Alkitab kitab keluaran. PT. BPK GUNUNG MULIA Hlm. 7
[14] ANDREWE . HILL dan JHON .H. WALTON, Buku Survei Perjanjian Lama
[15] http://id.wikipedia.org/wiki/Kitab_Keluaran
[16] W.S. LASOR  D.A. HUBBARD  F.W. BUSH  PENGANTAR PERJANJIAN LAMA 1
TAURAT DAN SEJARAH

[17] ANDREWE . HILL dan JHON .H. WALTON, Buku Survei Perjanjian Lama
[18] ROBERT M. PATERSON, Tafsiran Alkitab kitab keluaran. PT. BPK GUNUNG MULIA Hlm. 1& 2
[19] SAMUEL J. SCHULTZ, TH.D Pengantar perjanjian lama taurat dan sejarah hlm. 27
[20] http://id.wikipedia.org/wiki/Kitab_Keluaran
[21] W.S. LASOR  D.A. HUBBARD  F.W. BUSH  PENGANTAR PERJANJIAN LAMA 1 TAURAT DAN SEJARAH

[22] ROBERT M. PATERSON, Tafsiran Alkitab kitab keluaran. PT. BPK GUNUNG MULIA Hlm
[23][23] SAMUEL J. SCHULTZ, TH.D Pengantar perjanjian lama taurat dan sejarah hlm. 29
[24] http://id.wikipedia.org/wiki/Kitab_Keluaran
[25] W.S. LASOR  D.A. HUBBARD  F.W. BUSH  PENGANTAR PERJANJIAN LAMA 1 TAURAT DAN SEJARAH

[26] ROBERT M. PATERSON, Tafsiran Alkitab kitab keluaran. PT. BPK GUNUNG MULIA Hlm
[27] [27]  W.S. LASOR  D.A. HUBBARD  F.W. BUSH  PENGANTAR PERJANJIAN LAMA 1
TAURAT DAN SEJARAH
                  

[28] SAMUEL J. SCHULTZ, TH.D Pengantar perjanjian lama taurat dan sejarah hlm. 28&29
[29] ANDREWE . HILL dan JHON .H. WALTON, Buku Survei Perjanjian Lama
[30] W.S. LASOR  D.A. HUBBARD  F.W. BUSH  PENGANTAR PERJANJIAN LAMA 1
TAURAT DAN SEJARAH

[31] Sumber: PENGANTAR PERJANJIAN LAMA 1
TAURAT DAN SEJARAH
                   Oleh : W.S. LASOR  D.A. HUBBARD  F.W. BUSH

[32] ROBERT M. PATERSON, Tafsiran Alkitab kitab keluaran. PT. BPK GUNUNG MULIA Hlm. 4